Minggu, 23 Oktober 2022

KONEKSI ANTAR MATERI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMIPIN

 



Fasilitator : Suwarno, M.Pd

Pengajar Praktik : Indra Lesmana Hefni, S.Pd

Disusun Oleh : Margiono

CGP Angkatan 5 Kabupaten Tanjab Barat 2022






Salam Dan Bahagia

Pada postingan ini saya akan membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.8 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan.

A. Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki kaitan terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.

Pendidikan indonesia tentu tidak terlepas dari pada filosofi pendidikan yang telah dibangun oleh Ki Hadjar Dewantara. Melalui Pratap Triloka Kihajar Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuloda (didepan dapat memberikan teladan yang baik rekan sejawat dan juga muridnya), Ing Madya Mangun Karsa (ditengah dapat membangun semangat dan kemampuan), Tut Wuri Handayani (dibelakang dapat memberikan dorongan kinerja murid untuk mengembangkan potensinya). Pengaruh pandangan Kihajar Dewantara terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah ketika guru mampu menyadari bahwa dalam lingkungan sekolah seringkali kita dihadapkan pada bujukan moral ataupun dilema etika. Berdasarakan hal tersebut, guru haruslah memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi pratap triloka dari Kihajar Dewantara dengan cara menjadi sosok yang bisa menjadi teladan yang positif, fasilitator, motivator,coach serta bisa membentuk karakter pada murid yang berprofil pelajar pancasila. Untuk pengfambilan keputusan guru harus bisa menganalis berdasarakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan.


B. Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan
Pada Modul 1.2, nilai dan peran guru penggrak, kita mengetahui bahwa nilai-nilai positif yang ada pada guru tentunya akan mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai ini yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Setidaknya akan ada 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yang akan dijalankan, yaitu :

1. Rule-Based Thinking yaitu mengedepankan intuisi, kejujuran, aturan atau prinsip yang mendalam
2. End-Based Thinking yaitu nilai-nilai agama, penghargaan akan hidup dan masa depan
3. Care-Based Thinking yaitu Guru dalam memberikan pelayanan dan pembelajaran harus memiliki rasa kasih sayang, cinta, toleransi, kesetiaan, empati terhadap murid, agar murud memiliki rasa terbuka dan berminat terhadap pembelajaran yang kita berikan.
Keputusan dengan prinsip tentu akan menjadikan tepat diambil sebagai buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

C. Keterkaitan Pengambilan Keputusan Dengan Kegiatan Coaching
Salah satu tujuan Coaching yaitu menggali lebih dalam lagi potensi yang dimiliki oleh seorang guru. Melalui proses coaching akan terjadi pengambilan keputusanyang mengarah pada hal- hal positif yang artinya keputusan - keputusan yang di ambil berpihak pada murid. Melalui kegiatan Coaching penggalian dari potensi yang dimiliki seseorang akan lebih baik yang akan mendorong terwujudnya WELL BEING dalam ekosistem pendidikan di sekolah.
Keterkaitan pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching yang diberikan pendamping atau fasilitator sangatlah efektif, karena dengan mempelajari materi coaching kita sebagai guru dapat memahami cara berkomunikasi yang memberdayakan (asertif). teknik mindfullness, dan coaching model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung jawab). Dengan kemampuan dalam menerapkan coaching untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh murid atau komunitas praktisi di sekolah yang merupakan cara dalam pengambilan keputusan ketika dihadapkan pada dilema etika atau bujukan moral. Selain itu dalam pengambilan keputusan juga menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan bersama murid atau komunitas praktisi di sekolah.

D. Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya terhadap pengambilan keputusan
Profesi guru hendaknya diharapkan mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas. Hal ini bertujuan dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

Dengan mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosional akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, maka pengenalan sosial emosional dapat membantu baik itu guru maupun murid dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat dan akurat, yang menjadi dasar pengambilan keputusan adalah nilai-nilai kebajikan yang tidak bertentangan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dalam proses mengelola apek sosial dan emosional saat pengambilan keputusan maka diperlukan teknik mindfullness atau kesadaran penuh, hadir sepenuhnya dalam masalah yang dialami dan mampu memahami tujuan pembelajaran sosial emosional. Ketika guru mampun menerapkan mindfullness yang didalamnya juga terdapat nilai-nilai kebajikan, maka dalam pengambilan keputusan akan berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya.



E. Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
Sebagai seorang pendidik tentunya kita akan dihadapkan pada situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Penanganan masalah pada studi kasus yang telah disediakan memberikan contoh dan praktik langsung. Hal tersebut merupakan masalah yang sering kita jumpai di sekolah baik yang dialami oleh murid maupun guru dalam proses berinteraksi di sekolah. Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas pendidik dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Tapi setidaknya pengambilan keputusan yang dilakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid dan tetap memegang teguh nilai-nilai kebajikan universal. Adanya teknik 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan memberikan rambu-rambu dalam penyelesaian dilema etika atau bujukan moral yang dihadapi.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

F. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
Pada pengambilan keputusan memiliki arti yang penting bagi berkembangnya sebuah organisasi atau satuan pendidikan. Pada pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi atau lembaga kearah yang lebih baik, berkembang dan mampu mewujudkan visi dan misi yang telah disusun. Namun jika dalam pengambilan keputusan terjadi kesalahan, maka akan berdampak buruk bagi organisasi atau lembaga tersebut, sehingga dalam pengambilan keputusan harus berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam proses pengujian dan pengambilan keputusan.


G. tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini
Menurut saya, tentu terdapat tantangan pada pengamilan keputusan terhadap kasus dilema etika. Salah satu kesulitan yang ada dilingkungan ketika mengambil keputusan kasus dilema etika adalah nilai budaya masyarakat di lingkungan paradigma berpikir serta memilih skala prioritas karena dalam dilema etika semua adalah benar.
Dalam melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan untuk menuju kearah yang lebih baik, tentunya dibutuhkan proses yang tidak instan. Perlunya sosialisasi dan komunikasi secara secara persuasif secara terus menerus agar lingkungan lama masih menggunakan metode lama akan memiliki pandangan dan paradigma baru dalam pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigama, 3 prinsip dan 0 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dimana keputusan tersebut berpihak pada murid.
Keputusan yang tepat tentu saja akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif dan kondusif serta nyaman bagi anak didik. Hal ini akan berimbas pada merdeka belajar ketika murid mampu memilih hal yang baik dalam meningkatkan bakat dan potensi yang ada dalam dirinya.

H. Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita
Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya sudah memahami pokok-pokok atas perubahan, salah satunya adalah pembelajaran yang berpihak pada murid, sehingga mampu memfasilitasi dan memerdekakan murid dalam proses pembelajaran di sekolah.
Jika keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.



I. Pengaruh seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan terhadap kehidupan atau masa depan murid-muridnya
Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentunya keputusan yang diambil akan berpengaruh besar dan berdampak bagi murid-muridnya, apalagi keputusan yang berdampak pada jangka panjang murid itu. Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

J. kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya
Kesimpulan yang dapat diambil dari modul yang sudah saya pelajari, serta kaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah sabagai seorang guru yang merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid dan komunitas praktisi di lingkungan sekolah, diharapkan guru memiliki sifat among berdasarkan pratap triloka yang dapat membantu murid dalam tumbuh kembangnya dan menjadi model bagi lingkungannya.
seperti yang tercantum pada LMS, mengutif kata- ksts dsri Bob Tolbert yaitu "mengajarkan angka menghitung itu baik namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ".
Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Pengambilan keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal - hal yang berkaitan dengan murid khususnya terhadap pandangan Kihajar Dewantara dengan filosofi pratap trilokanya, keputusan yang selalu berpihak pada murid, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggung jawbkan didunia dan diakhirat akan dapat melahirkan generasi emas Indonesia dengan profil pelajar pancasila.
Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya juga menuju profil pelajar pancasila.

K. Pemahaman tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari dimodul ini yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dana 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar, tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan miral (benarvs salah) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
paradigma pengambilan keputusan adalah
1. Individu lawan kelompok
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan
3. Kebenaran lawan kesetiaan
4. Jangka pendek lawan jangka panjang

Prinsip pengambilan keputusan
1. Berfikir berbasis peraturan (Rule-based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi, tetapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam
2. Berfikir berbasi hasil akhir (End_Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
3. Berfikir Berbasi Rasa Peduli (Care-Based Thinking) dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Langkah pengambilan dan pengujian keputusan:
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangang
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
4. Pengujian benar atau salah
5. Pengujian paradigma benar lawan benar
6. Melakukan prinsip resolusi
7. Investigasi opsi trilema
8. Buat keputusan
9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Konsep-konsep dalam pengambilan keputusan sangat membantu saya sebagai calon guru penggerak. Sangat diharapkan nantinya kita semua dapat memberikan keputusan-keputusan terbaik dalam praktek nyata. Hal menarik menurut saya adalah ternyata setiap keputusan akan memiliki implikasinya masing-masing, dan tidak mungkin sebuah keputusan akan memuaskan semua pihak. Sebagai seorang pendidik dan pemimpin, ketika akan terus berusaha menempatkan kepentingan murid sebagai prioritas dalam proses yang kita jalani.

L. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari dimodul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, saringkali saya sebagai guru mengalami dilema terhadap situasi sulit di sekolah. Saya sudah mengambil keputusan yang kiranya efektif dan baik bagi saya selaku orang yang mengalami dilema, dan baik bagi orang lain yang terkait dengan situasi yang saya alami. Sehingga lebih sering dalam pengambilan keputusan didasarkan atas pengalaman-pengalaman yang sebelumnya dengan mengevaluasi apakah keputusan tersebut dinilai sudah tepat atau belum. Sehingga pada keputusan atau kasus berikutnya terjadi perubahan menuju kearah yang lebih baik.

M. Dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pelejaran modul ini?
Dampak dari mempelajari modul ini adalah saya mulai paham apa yang harus saya lakukan sebelum mengambil sebuah keputusan dan pertimbangan-pertimbangan apa yang perlu dipertimbangkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Bedanya dengan sebelum mempelajari modul ini adalah keputusan saya dulu saya buat kadang hanya berdasarkan feeling saya saja, hanya berdasarkan sudut pandang saya saja, lebih dominan emosi dalam pengambilan keputusan. Setelah mempelajari modul ini, saya mulai paham, apa yang telah saya lakukan kurang tepat, keputusan perlu diambil dalam kesadaran penuh, bukan atas dasar emosi. Dalam pengambilan keputusan juga perlu mempertimbangkan berbagai hal yang akan membantu pemecahan masalah. Keputusan yang dibuat diharapkan mampu diterima dan menguntungkan kedua belah pihak.


N. Pentingnya mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Modul 3.1 ini sangat penting bagi saya untuk dipelajari sebagai seorang individu maupun dalam peran saya sebagai pendidik sekaligus pemimpin pembelajaran. Dalam hubungan dengan individu lain pastinya selalu diharapkan dengan berbagai konflik yang mengharuskan kita untuk mengambil sebuah keputusan yang cermat dan tepat. Melalui modul ini saya mendapat gambaran yang lebih jelas, tentang apa yang harus saya lakukan bila menghadapi sebuah dilema dalam pengambilan keputusan. Sehingga nantinya akan menghasilkan keputusan yang tepat dari hasil pemikiran yang sadar bukan atas dasar emosi sesaat saja.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar